Alvilla Widia Ananda, . (2021) Tinjauan Akurasi Kode Diagnosa Utama Dokumen Rekam Medis Rawat Jalan Di Puskesmas Parung Tahun 2021. STIKES WDH, Tangerang Selatan.
Text
FILE COVER.pdf Restricted to Registered users only Download (658kB) |
|
Text
BAB I.pdf Restricted to Registered users only Download (323kB) |
|
Text
BAB II.pdf Restricted to Registered users only Download (571kB) |
|
Text
BAB III.pdf Restricted to Registered users only Download (462kB) |
|
Text
BAB IV.pdf Restricted to Registered users only Download (570kB) |
|
Text
BAB V.pdf Restricted to Registered users only Download (148kB) |
|
Text
JURNAL.pdf Restricted to Registered users only Download (583kB) |
Abstract
Pemberian kode diagnosis pada rekam medis pasien mengacu kepada aturan ICD-10 (International Statistical Classification of Disease and Related Health Problem). Seorang koder memliki tanggung jawab terhadap akurasi pengkodingan, oleh karena itu kemampuan dan keterampilan tentang cara pengkodean diagnosa utama sesuai dengan standar prosedur, di Puskesmas Parung ditemukan bahwa tidak adanya tenaga rekam medis dimana koding dilakukan dengan cara otodidak dan menggunakan bantuan “Google” sehingga kodefikasi yang dilakukn jauh dari keakuratan. Untuk mengetahui tingkat akurasi kode diagnosa utama dokumen rekam medis rawat jalan Puskesmas Parung tahun 2021 Jenis penelitian yang digunakan adalah deskripif, penelitian deskriptif retrospektif merupakan suatu metode yang dilakukan dengan tujuan utama mendeskripsikan tentang suatu keadaan secara objektif dengan melihat kebelakang untuk menentukan cara mengumpulkan, mengelola, dan menganalisis data hasil penelitian tersebut menggunakan lembar checklist. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada koding diagnosa utama dokumen rekam medis rawat jalan terdapat 51 dokumen rekam medis yang kode nya tidak akurat, dan Puskesmas Parung sendiri tidak mempunyai SOP (Standar Operasional Prosedur) sendiri mengenai koding penyakit di Puskesmas Parung. Dari hasil penelitian menununjukkan bahwa jumlah kode yang akurat sebanyak 31 kode diagnosa utama (30,92%), kode yang tidak akurat 51 kode diagnosa utama (52,58%), serta 16 kode diagnosa utama (16,50%) kode yang tidak diisi, dan tidakadanya SOP (Standar Operasional Prosedur) untuk pengkodean diagnosis , serta tidak di pergunakannya buku ICD-10 sebagai panduan untuk mengkode diagnosis penyakit. Sebaiknya puskesmas membuat kebijakan tentang SPO Pengkodean agar sesuai dengan ICD-10 dan mengevaluasi petugas rekam medis dalam meningkatkan pengetahuan nya mengenai koding. Kata Kunci : Koding, Akurasi Referensi : 25 Tahun : 2004 s/d 2019
Item Type: | Other |
---|---|
Subjects: | R Medicine > R Medicine (General) |
Depositing User: | Winda Safitri . |
Date Deposited: | 12 May 2022 03:14 |
Last Modified: | 12 May 2022 03:14 |
URI: | http://eprints.wdh.ac.id/id/eprint/1705 |
Actions (login required)
View Item |